Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahiim,,
A.
Silsilah
Bhineka Tunggal Ika
Bhineka Tunggal Ika
adalah motto atau semboyan bangsa Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa jawa
kuno (sansakerta) dan sering di artikan “berbeda-beda
tetapi tetap satu jua’.
Jika
diartikan perkata, Bhineka berarti “Beranekaragam” atau “berbeda-beda”. Kata neka sendiri dalam sansakerta berarti “macam” atau kata lain dari “Aneka” dalam bahasa Indonesia. Kata Tunggal berarti “satu” dan kata Ika
berarti “itu”. Secara harfiah Bhineka Tunggal Ika diterjemahkan “Beraneka Satu Itu” atau “beraneka tapi tetap satu” dalam bahasa
yang mudah dipahami.
Kalimat/
kata ini merupakan kutipan dari sebuah Buku Jawa Kuno yaitu Kakawin
Sutasoma karangan Mpu Tantular semasa kerajaan
Majapahit sekitar Abad ke-14. Kata Bhineka
Tunggal Ika sesuai Kakawin
Sutasoma pertama digunakan untuk menggambarkan toleransi antara umat Hindi Siwa dengan umat Budha. Berikut kutipan
Baitnya :
Rwāneka dhātu winuwus
Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon Buddha dan Siwa
merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran. (terjemahan oleh Dr. Soewito Santoso).
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran. (terjemahan oleh Dr. Soewito Santoso).
Dalam
Kakawin
Sutasoma pengertian Bhineka
Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan dalam hal kepercayaan juga
keanekaragaman agama dikalangan masyarakat Majapahit. Semboyan ini telah
mengakar kuat dalam jiwa masyarakat Indonesia, jauh sebelum Indonesia merdeka.
B.
Bhineka
Tunggal Ika Dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Menjelang
Indonesia merdeka, Bhineka Tunggal Ika yang selama ini sudah menjadi bagian hidup
masyarakat Indonesia kemudian dimaknai lebih luas artiannya tidak hanya
terkotak pada agama dan kepercayaan saja, melainkan bahwa meskipun berbeda-beda
tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia adalah satu kesatuan, karna semboyan
ini menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang majemuk, yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah,
ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Moh.
Yamin merupakan tokoh yang pertama kali mengusulkan agar
semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut diadopsi menjadi semboyan
Negara, dan oleh Sultan Hamid II dari Pontianak kemudian dirancanglah lambang
negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh
ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung
yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis
di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Usul
ini diterima oleh Soekarno dan ikut menjadi pembahasan dalam rapat BPUPKI.
Akhirnya, semuanya sepakat untuk menjadikan kalimat ini sebagai semboyan bangsa
Indonesia bersama-sama dengan burung Garuda yang ditetapkan sebagai lambang
negara Indonesia mewakili kemajemukan masyarakat Indonesia.
C.
Bhineka Tunggal Ika Dalam Islam
Islam
adalah salah satu dari enam agama yang diakui di Indonesia, dan katanya islam
adalah agama mayoritas di Indonesia. Tentunya kalau kita mencari kata Bhineka
Tunggal Ika didalam Kitab Suci umat Islam (Al-Quran) pastilah tidak ada
karena Al-Quran berbahasa Arab dan kata Bhineka Tunggal Ika sendiri berasal
dari bahasa jawa kuno. Akan tetapi banyak sekali ayat yang konteksnya
menggambarkan Bhineka Tunggal Ika.
“Orang-orang mu’min itu
sesungguhnya bersaudara karena itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu dan takutlah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Qs.
49:10)
Dalam
ayat ini Allah SWT mengisyaratkan orang-orang mu’min saudara seperti saudara
seketurunan, dan kita berkewajiban menengahi bahkan mendamaikan apabila
diantara saudara kita ada yang berselisih.
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah suatu kaum mengolok-olok suatu kaum yang lain (karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh
jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu
panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Qs.
49:11)
"Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah
dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di
antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Qs. 49:12)
Dalam
2 ayat diatas bagaimana Allah SWT menjelaskan kepada kita bagaimana sebaiknya
pergaulan diantara orang-orang beriman, didalamnya Allah SWT memperingatkan
hal-hal yang dapat merusak persaudaraan dan tatanan keBhinekaan.
"Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang
paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.".
(QS.49:13)
Pada
ayat diatas Allah SWT menjelaskan bahwa manusia diciptakan-Nya bermacam-macam
bangsa, ras dan suku supaya kita saling mengenal dan saling tolong-menolong
dalam kehidupan bermasyarakat. Dan tidak ada kemuliaan seseorang di sisi Allah
kecuali hanya ketakwaannya.
Islam
sangat menghargai perbedaan, dengan isi Pancasila pun Islam selaras dan tidak
bertolak-belakang.
Pancasila
1. Ketuhanan Yang maha Esa
“katakanlah
: Dialah Allah, Tuhan yang maha esa” (Qs.112.1)
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
“sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku Adil dan berbuat kebajikan” (Qs. 16:90)
3. Persatuan Indonesia
“dan
Kami menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling mengenal” (Qs 49:13)
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan
“sedangkan
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka” (Qs 42:38)
5. Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia
“wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan menjadi saksi karena
Allah” (Qs.4:135)
D.
Bhineka
Tunggal Ika Menurut Pendapat Pribadi
Saya lebih setuju jika Bhineka
Tunggal Ika di analogikan sebagai sebuah tubuh, seluruh anggota tubuh menjadi
satu kesatuan dengan fungsi yang berbeda-beda namun memiliki visi dan misi yang
sama.
Bagian atas tubuh ada sepasang
mata, sepasang telinga, hidung, mulut dan lidah. Lalu dibagian tengah dan bawah
terdapat sepasang tangan dan sepasang kaki,.
Tangan terdiri dari tangan kanan
dan kiri, fungsinya sama namun beda dalam peruntukan. Misal tangan kanan untuk
makan dan tangan kiri untuk membersihkan kotoran, meskipun memiliki fungsi yang
sama namun keduanya tidak boleh dicampuradukan dalam peruntukannya. Kaki kiri
dan kaki kanan pun sama satu fungsi untuk melangkah namun berbeda dalam
pergerakannya, tapi hanya punya satu tujuan yaitu maju ata mundur.
Misalkan dalam mencapai satu tujuan
ingin pintar, anggota tubuh kompak menjalankan fungsinya masing-masing. Mata
harus rela berkorban bangun pagi-pagi melihat buku disaat mata yang lain sedang
nyenyak tertidur, mulut membaca, dan otak mengulang dan mencerna apa yang
dilihat dan dibaca. Kaki melangkah ke sekolah, tangan membawa perlengkapan
belajar, telinga mendengarkan sang guru memberikan ilmu, mata melihat apa yang
guru contohkan dan ajarkan. Demi tercapai satu tujuan kepintaran, semua
berkerja beriringan dengan masing-masing fungsi yang dimilikinya dan tidak
memaksakan fungsi anggota tubuh yang satu kepada anggota tubuh yang lain.
Berbeda-beda tetapi satu jua.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

0 komentar:
Posting Komentar